Laman

PROMO JUNI 2012

Photobucket

Rabu, 27 Juni 2012

TENTANG BAHASA VERBAL ITU...


Sebagaimana keluarga kecil lainnya, tentulah kehadiran seorang kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap keseimbangan laju kehidupan dalam entitas sosial terkecil dalam masyarakat ini.  

Pembaca       :(nengok sebentar profil disamping) dan mengeja pelan-pelan,"..ibu
                          rumah tangga bersama peri kecilnya..bla..bla" (berhenti membaca,
                          mengernyitkan dahi sambil mengarahkan jari telunjuk ke pelipis
                          kanannya). "hmm, kayaknya ada yang ga sinkron,...apa ya?"
                         Tiinnngg....." kemana perginya teletubbies,ya? Oops, Kepala
                          Keluarganya??
Bunda Icha    : Eh...ohh,eh. Ada koq...hadir. Ituuu yang lagi melototin
                          boss,ups..laptop.
Boss               : Mana???? td ga nongol di ruang meeting...*ngomel-ngomel
Yang dicari    : (angkat telunjuk...) Ada,..boss! masih   di sini
Bunda Icha    : Aha...itu dia orangnya. (* Serius) Ayah dari anaknya bunda ini
                         (haiiyyah belibet bangetz) setiap harinya (kecuali hari libur
                         dunk,ya) bekerja keras membanting tulang, memeras keringat,
                         memutar otak demi sesuap nasi dan bongkahan berlian untuk
                         keluarga tercintah. Ok,...lanjut ke topik,ya...
                    


Menyambung kalimat pertama di atas,...sungguh menjadi kepala keluarga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada begitu banyak responsibilitas yang mendarat di pundaknya, mulai dari kewajiban terhadap keluarganya, dirinya sampai agamanya yang semuanya harus ia letakkan secara seimbang sehingga satu kewajiban tidak mengurangi kewajiban yang lain. Karena itu tidaklah berlebihan kiranya ketika kita (baca anggota keluarga) mengapresiasi segala hal yang dilakukan oleh sang kepala keluarga, termasuk hal terkecil sekalipun, seperti dalam masalah perasaan.

Hal yang satu ini memiliki kadar yang fluktuatif dari waktu ke waktu, yang terkadang tidak di sadari dan tidak terungkap, atau malah disadari tapi tidak terungkap. Seperti kata peribahasa, "dalamnya laut dapat diukur,dalamnya hati siapa tahu". Seperti diungkap dalam film "lie to me " bahwa munculnya luapan emosi, cinta, rasa takut, senang, benci dan semacamnya bisa saja ditangkap dari bahasa non verbal dalam sorot mata, gerak bibir atau tubuh, namun tidak semua orang bisa memahami bahasa non verbal seperti ini,pun detil perasaan itu tetap tidak tertangkap selama tidak diungkap secara verbal.

Suatu ketika seorang sahabat duduk bersama Rasulullah SAW. Kemudian seorang sahabat yang lain berlalu di hadapan mereka. Sahabat yang duduk bersama Rasulullah SAW itu berkata kepada Rasulullah SAW.
" Ya Rasulullah,sesungguhnya aku mencintai orang itu."
" Sudahkah engkau menyatakan cintamu padanya?" tanya Rasulullah SAW
" Belum,ya Rasullullah" kata sahabat itu
" Pergilah menemui orang itu dan katakan bahwa kamu mencintainya." kata Rasulullah SAW

Jika kepada saudara atau sahabat, rasa cinta itu harus diungkapkan secara verbal, maka tidakkah anggota keluarga kita lebih berhak untuk mendapatkannya??

Simak juga puisi Sapardi Djoko Damono berikut ini,

Aku ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana :
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana :
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan 
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


Dan......, kalo yang ini dibuat oleh yang sering rehat di kastil pribadi

untukmu,
sepotong hati
yang telah membawa sebagian nyawaku

untukmu,
sebuah nama
yang mewakili cinta dan harapanku,

untukmu,
sebuah kisah
yang membuatku yakin kemana ini akan mengarah

ya,
dirimu adalah
alasan semua ini harus dilakukan

pun
suka dan kecewa
mengiringi langkah kita,

dan hei..
lihatlah,
di sinilah kita,
kita masih bisa bertahan
masih saling bergenggaman

sungguh,
aku begitu mencintaimu
hingga setiap detik yang kulalui
adalah ketakutan kehilanganmu

maka
ijinkan aku,
berikan aku,
kesempatan untuk selalu menemanimu
hingga
ujung waktuku

istriku,
i love you


Subhanallah,...gimana ngebalesnya yak??secara bunda baru belajar nulis...belum nemu bahasa yang cukup sempurna untuk mengimbanginya...hiks."Bantuuu dooonnkkk, kawan" eiiiits..!! koq malah itu yang keluar dari bibir.** asli tulalit...liitt...liit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar